.

Obesitas pada Anak-anak

Saat ini kegemukan (overweight) dan obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang mendunia bagi anak-anak dan orang dewasa. Tahun 1998, WHO menyatakan obesitas sudah dalam dalam tingkat epidemik yang kalau dibiarkan akan menjadi obesitas global. Menurut data WHO pada awal tahun 2000an, sekitar 1 miliar orang mengalami kegemukan dan 30% diantaranya megalami kegemukan berlebihan atau obesitas.
Di Amerika Serikat, menurut Asosiasi Obesitas Amerika, angka obesitas pada anak-anak dan remaja terus meningkat. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak-anak sudah meningkat menjadi 20% pada tahun 2003 dari sekitar 5-6% pada tahun 1989.
Secara umum, kegemukan dan obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Namun, kebanyakan hal ini berlaku pada irang dewasa. Belum ada kesepakatan dalam hal definisi kegemukan dan obesitas pada anak-anak. Sebagian menggunakan tabel Body Mass Index (BMI) yang sudah dimodifikasi berdasarkan usia untuk mengukur kegemukan dan obesitas pada anak-anak. Sebagian berpendapat bahwa anak-anak yang memiliki kelebihan berat badan diatas 20% berat badan rata-rata anak sehat pada usia tersebut sudah termasuk obesitas. Sebagian lagi mengukur obesitas berdasarkan persentase lemak tubuh diatas 25% untuk anak laki-laki dan diatas 32% untuk anak perempuan.
Sebagian besar kegemukan dan obesitas adalah karena makan berlebihan. Hal ini tergolong dalam obesitas primer. Sisanya, disebabkan karena penyakit atau gangguan hormonal atau kelainan genetis yang tergolong dalam obesitas sekunder.
Ciri-ciri anak yang mengalami obesitas :
• Wajah membulat.
• Pipi tembem.
• Dagu rangkap.
• Leher relatif pendek.
• Dada membusung, dengan payudara yang membesar karena mengandung jaringan lemak
• Perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat.
• Kedua tungkai umumnya berbentuk X, dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan. Akibatnya, timbullah lecet.
• Pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena tersembunyi dalam jaringan lemak (burried penis).
Peningkatan kasus obesitas pada anak-anak disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, diantaranya :

1. Faktor Keturunan
Anak memiliki orang tua atau saudara yang gemuk/ obesitas mempunyai kemungkinan sangat besar untuk menjadi obesitas juga. Namun, faktor genetik saja tidak menyebabkan obesitas. Obesitas baru terjadi jika si anak makan lebih banyak kalori daripada yang bisa dihabiskan oleh tubuhnya.
2. Kebiasaan makan
Anak-anak jaman sekarang lebih banyak makan makanan instan, makanan cepat saji, minuman yang mengandung tinggi gula serta makanan cemilan yang sudah diproses yang tinggi kalori dan lemak namun rendah vitamin lainnya dibandingkan makanan sehat dan segar seperti sayur dan buah-buahan. Pola makan yang menyebabkan obesitas adalah makan tidak pada saat lapar dan makan sambil menonton TV atau mengerjakan sesuatu seperti pekerjaan rumah atau membaca.
3. Status Sosial Ekonomi
Berkaitan dengan gaya hidup, sikap, dan perilaku. Di Indonesia, orang cenderung salah kaprah mengasosiasikan gemuk adalah baik. Anak harus gemuk, montok, baru dibilang anak yagn sehat. Kalau anak tidak gemuk, seolah-olah hal tersebut merupakan kegagalan dari si ibu yang notabene penyandang tugas pengasuhan anak. Jadi tujuan makan bergeser dari memenuhi kebutuhan anak ke menjadikan anak gemuk. Timbullah cara-cara instan seperti mengkonsumsi susu khusus bahkan mengkonsumsi makanan cair sebagai pengganti susu atau sarapan.
4. Penurunan Aktivitas Fisik
Kecanggihan tekonologi seperti televisi dan komputer menyebabkan banyak anak-anak terpaku di depannya sehingga kurang melakukan permainan yang melibatkan kegiatan fisik seperti bermain sepeda. Menonton televisi bukan hanya menghabiskan kalori yang sangat sedikit, tetapi bahkan menambah kalori karena makan cemilan selagi nonton. Kondisi keamanan yang kurang menjamin sehingga banyak orang tua yang tidak memperbolehkan anaknya bermain keluar rumah melakukan kegiatan olahraga atau bermain di lapangan. Ruang yang terbatas di sekolah menyebabkan banyak sekolah yang tidak memiliki lapangan bermain yang memadai bagi murid-muridnya untuk melakukan kegiatan fisik.
Ada berbagai cara untuk mengukur kegemukan dan obesitas pada anak-anak yaitu:

1. Menggunakan grafik pertumbuhan.
Cara termudah adalah dengan membandingkan tinggi dan berat badan si anak dan membandingkannya dengan grafik pertumbuhan. Namun tabel ini tidak memperhitungkan karakteristik individual anak karena dapat memberi kesan yang salah mengenai pertumbuhan si anak sepertimisalnya menjelang laju pacu tumbuh (growth spurt), umumnya anak-anak akan mengalami pertambahan berat badan yang cukup banyak.
2. Persentase Lemak tubuh.
Persentase lemak tubuh merupakan indikator yang paling tepat untuk obesitas. Anak laki-laki yang memiliki persentase lemak tubuh diatas 25% dan anak perempuan diatas 32% termasuk golongan obesitas. Pengukuran persentase lemak tubuh ini dilakukan melalui pengukuran tebal lipatan kulit yang termasuk sulit karena harus dilakukan oleh ahli yang berpengalaman.
3. Indeks Massa Tubuh.
Indeks Massa Tubuh atau IMT dihitung dari berat badan dibagi dengan tinggi tubuh kwadrat (kg/m2). IMT ini biasanya hanya digunakan untuk mengidentifikasi obesitas pada dewasa, bukan pada anak-anak. Untuk anak-anak, Center for Disease Control and Prevention mengeluarkan grafik BMI berdasarkan usia dan jenis kelamin. Berdasarkan grafik ini, seorang anak dikategorikan kegemukan atau memiliki resiko obesitas jika berada pada persentil 85 dan sudah mengalami obesitas jika berada pada persentil 95 dan diatasnya.Berikut langkah untuk menghitung IMT pada anak-anak :
Kalikan berat badan anak dalam pound dengan 705
Bagilah dengan tinggi badan anak dalam inci
Bagi lagi hasilnya dengan tinggi badan anak dalam inci
4. Ukuran lingkar pinggang.
Besar lingkar pinggang pada anak-anak atau remaja berkaitan erat dengan kemungkinan menderita penyakit dibetes melitus tipe 2 dan penyakit komplikasi dari sindrom metabolisme (darah tinggi, kolesterol tinggi, serangan jantung, stroke, kerusakan hati dan ginjal). Mereka yang beresiko tinggi adalah yang berada diatas persentil 90 dari semua usia dan jenis kelamin.
Atau Anda dapat menggunakan situs ini untuk menghitung IMT secara online :
http://www.cdc.gov/nccdphp/dnpa/healthyweight/assessing/bmi/index.htm
BEBERAPA DAMPAK DARI OBESITAS PADA ANAK-ANAK :
• Penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti pembesaran jantung atau peningkatan tekanan darah.
• Gangguan metabolisme glukosa. Misalnya, intoleransi glukosa.
• Gangguan kedudukan dan pertumbuhan tulang, berupa kaki pengkor atau tergelincirnya bagian sambungan tulang paha (terutama pada anak laki-laki) serta pertumbuhan tulang yang harus menahan beban yang lebih berat dari yang semestinya.
• Asma dan gangguan pernapasan seperti sleep apnea.
• Ketidaknormalan pertumbuhan
• Gangguan kulit, khususnya di daerah lipatan, akibat sering bergesekan.
• Gangguan mata; seperti penglihatan ganda, terlalu sensitif terhadap cahaya, dan batas pandangannya jadi lebih sempit.
• Gangguan fungsi hati
• Masalah psikososial seperti rendah diri, depresi dan menarik diri dari lingkungan misalnya karena diolok-olok temannya.
TATA LAKSANA PENANGANAN OBESITAS PADA ANAK-ANAK
1. Pengaturan Diet
• Belajarlah mengenai kebutuhan nutrisi pada anak-anak. Berkonsultasilah pada ahli gizi sehingga bisa didapat tatanan diet yang tepat
• Atur kalori yang masuk dan sesuaikan dengan kebutuhan anak. Diet pada anak bukan untuk menurunkan berat badan tetapi lebih pada menghentikan atau memperlambat laju pertambahan berat badan sehingga si anak dapat tumbuh sesuai dengan berat badannya secara bertahap. Namun jika obesitas sudah berlebihan dan berat badan anak harus diturunkan, berkonsultasilah pada dokter atau ahli gizi anak agak penurunan berat badan tidak sampai mengganggu pertumbuhan anak.
• Gali motivasi anak dan dapatkan kesepakatan bersama.
• Biasakan anak mengomsumsi makanan berserat, seperti sayuran dan buah-buahan
• Kurangi asupan kalori dari makanan tambahan berkalori tinggi seperti es krim, cokelat, atau minuman ringan
2. Pengaturan kegiatan fisik
• Mulai dengan membatasi nonton TV dan bermain computer.
• Dorong anak untuk melakukan kegiatan fisik yang membakar kalori dan menggunakan berbagai kelompok otot yang berbeda misalnya main lari-larian, berenang, main sepeda, main sepatu roda. Kegiatan fisik yang bagus akan menaikkan kecepatan detak jantung dan mengeluarkan keringat secukupnya. Anak-anak tidak boleh sampai terlalu capai atau terlalu berkeringat bahkan sampai kehabisan napas.
• Jangan lupa untuk minum air putih untuk menggantikan cairan yang hilang melalui keringat.
• Ajak anak untuk terlibat dalam kegiatan olahraga di sekolah atau di sekitar rumah.
3. Modifikasi kebiasaan makan
Orang tua perlu mengembangkan kebiasaan makan yang baik untuk membantu anak-anaknya memiliki berat badan yang sehat misalnya dengan :
• Jangan memberi makan di luar jam makan yang seharusnya
• Jangan memburu-buru waktu makan. Orang cenderung makan lebih banyak jika terburu-buru.
• Jangan gunakan makanan sebagai hadiah atau reward.
• Jangan gunakan makanan penutup sebagai hadiah jika menghabiskan makanan
• Jangan makan di restoran cepat saji lebih dari 1 kali seminggu.
• Pastikan bahwa makanan yang dibeli di luar rumah seperti di kantin sekolah memiliki gizi seimbang
• Berikan air putih jika anak-anak haus. Hindari minuman berkarbonasi dan minuman yang manis
.
BAGAIMANA MENCEGAH OBESITAS PADA ANAK-ANAK?

1.Mulai dengan ASI Eksklusif
Pencegahan kegemukan bisa dimulai dari pemberian ASI secara eksklusif. Sebab pemberian ASI tidak akan membuat asupan susu si kecil menjadi berlebihan. Sementara itu, jika balita diberi susu formula, orang tua cenderung akan memaksa menghabiskan semua susu yang sudah ada dalam botol.
2. Makanan sehat yang seimbang
Biasakan anak mengonsumsi makanan berserat, seperti sayur dan buah-buahan.
3. Ubah kebiasaan makan
Batasi kebiasaan makan diluar rumah, terutama bila yang dikonsumsi makanan jenis cepat saji. Beri porsi yang kecil untuk anak saat mengkonsumsi makanan cepat saji. Hindari asupan kalori tambahan dalam jumlah besar dengan mengonsumsi es krim atau minuman ringan setelah makan.
4. Lakukan kegiatan fisik
Biasakan anak melakukan kegiatan fisik diluar sekolah selama 20-30 menit per hari.

Dirangkum dari berbagai sumber
Referensi :
www.cdc.gov
www.emedicinehealth.com
www.americanheart.org
seminar ”Obesitas pada anak-anak” dr. Pingkan Palilingan, SpA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar