.

Masa Depan Jilbab

Sebuah poster sederhana menggambarkan sebuah jilbab yang Nampak seperti melingkupi seseorang yang tidak terlihat. Gambar ini merupakan karya stereotyping bagi muslimah dengan kemudian muncul pertanyaan: do you see her or her faith? (apakah kau melihat dia atau keimanannya). Apakah seseorang yang hanya sekedar memakai jilbab sebagai symbol ataukah mempunyai makna yang sangat dalam mengenai jlbab? Pertanyaan tersebut diajukan oleh seorang jurnalis independen Deppa A.
Deepa A. adalah seorang jurnalis independen yang sering bersuara lantang dalam tulisannya mengenai pendidikan dan dampak kekerasan komunal. Sejak lima tahun terakhir, Deepa A. mencatat delapan dari 16 negara bagian di Jerman yang mengeluarkan undang-undang yang membatasi hak pemakaian jilbab bagi guru di sekolah dan di Pemerintahan.

Di Indonesia sendiri pada 2007 lalu, seleksi anggota Pasukan pengibar Bendera (Paskibraka) Kota Kediri, Jawa Timur sempat diwarnai kekisruhan perihal larangan memakai jilbab bagi peserta putri. Meskipun pada akhirnya kita menyaksikan terdapat Paskibraka yang mengenakan jilbab di Istana Negara.
Bahkan pada Maret 2009 yang lalu, Kapolda Tuban Jawa Timur Brigjend. Pol. Anton Bachrul Alam meminta Polisi wanita (Polwan) Muslimah dapat mengenakan jilbab selama bertugas. Himbauan tersebut dikeluarkan Kapolda sejak dua minggu saat menjabat di Jawa Timur (Jatim). Kapolda memberikan hak untuk mengenakan jilbab.
Namun apa yang terjadi? Media asing dan aktivis liberal meradang dengan membuat argument yang tidak mendasar. Tuduhan pun dilontarkan, adanya Islamisasi.
Pengenaan Jilbab selalu mengalami sentiment negatif, dari waktu ke waktu di seluruh belahan dunia. Meskipun demikian, survey yang dilakukan Islamic Human Rights Commission (IHRC) amatlah mengejutkan. IHRC pada 26 Januari 2006 lalu melaporkan, terjadi peningkatan pemahaman mengenai penggunaan jilbab sendiri.
Peningkatan pemahaman tersebut berkaitan dengan hal yang substansial. Yaitu, muslimah menggunakan jilbab di Inggris adalah sebagai bentuk perlindungan, identitas diri, dan sebuah kewajiban agama. Peningkatan yang signifikan tersebut terjadi, justru setelah terjadi insiden WTC 11 September 2001.
Dalam survey tersebut sebagian besar responden perempuan, jilbab yang dikenakan sebagai wujud keimanan dalam sebuah ketaatan yang suci kepada Allah. Maka, jilbab yang dikenakan haruslah atas dasar kesadaran pribadi. Responden Musilmah Inggris telah menunjukkan rasa memiliki dan kemauan yang keras untuk mempertahankan jilbab sebagai sebuah identitas keimanannya, tanpa memperdulikan kemungkinan undang-undang atau kebijakan yang mungkin melarang penggunaan jilbab itu sendiri.
Beberapa abad silam Shafiyah binti Syaibah pernah berkata, “Pada waktu kami bersama-sama dengan Aisyah, mereka menyebutkan kelebihan-kelebihan perempuan Quraishy. Maka Aisyah berkata, “Sesungguhnya perempuan-perempuan (Quraisy) itu memiliki kelebihan, tetapi sesungguhnya aku demi Allah, tidak melihat yang lebih mulia daripada perempuan-perempuan Anshar. Mereka sangat membenarkan kitab Allah dan sangat kuat keimanannya kepada wahyu yang diturunkan.”
Ketika diturunkan surat Al-Ahzab ayat 59 yang berbunyi: “Hai nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu, dan Alllah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Lalu kemudian, para laki-laki mereka pulang lalu membacakan kepada mereka apa yang diturunkan Allah di dalam Kitab-Nya (HR Abu Dawud).
Dalam riwayat lain, Aisyah r.a mengatakan, “Semoga Allah mengasihi kaum perempuan muhajjirat (perempuan-perempuan yang ikut hijrah) pertama, karena ketika Allah menurunkan ayat tersebut, mereka segera mengambil pakaian bulu mereka lalu berkerudung dengannya.”(HR. Bukhari)
Girls, bagaimanapun hak-hak dasar perempuan dari Allah SWT telah jelas. Sehingga shirah nabawiyah pun menjadi sebuah pondasi yang mengakar kedalam ruh keimanan kita. So, bagaimana dengan kamu.
(dikutip dari majalah sabili)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar